Hukum Berqurban Diniatkan Untuk Orang Yang Sudah Meninggal Perspektif Imam Empat Madzhab

Kategori : , Ditulis pada : 21 Mei 2025, 14:31:56

DenahLokas.jpegOleh : Adzhan Mahdi

Sudah kita fahami bahwa qurban adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan di dalam Islam. Qurban menurut bahasa merupakan isim mashdar dari fi'il qaruba - yaqrubu yang berarti dekat.

Sedangkan menurut istilah qurban adalah menyembelih hewan dengan tujuan beribadah kepada Allah pada hari raya haji atau Idul Adha dan tiga hari tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.    

Yang menjadi polemik di tengah masyarakat adalah apakah boleh berqurban dengan diniatkan orang yang sudah meninggal?

Maka empat madzhab berbeda pandangan mengenai hal ini, ada yang berpendapat boleh ada yang berpendapat tidak boleh. Berikut rinciannya :

Menurut Mazhab Syafi'i : tidak disyariatkan berqurban diniatkan untuk orang yang sudah meninggal kecuali jika hal tersebut diwasiatkan. Sebagaimana perkataan Imam Nawawi berikut :

وَلَا تَضْحِيَةَ عَنْ الْغَيْرِ بِغَيْرِ إذْنِهِ وَلَا عَنْ مَيِّتٍ إنْ لَمْ يُوصِ بِهَا
“Tidak sah berkurban untuk orang lain (yang masih hidup) dengan tanpa seijinnya, dan tidak juga untuk orang yang telah meninggal dunia apabila ia tidak berwasiat untuk dikurbani”.¹

Tetapi menurut jumhur ulama' dari Mazhab Hanafi, Maliki & Hanbali tetap membolehkan berqurban diniatkan untuk orang yang sudah meninggal walaupun tidak ada wasiat dari orang yang sudah meninggal. Hal ini sesuai yang tertera dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah :

إِذَا أَوْصَى الْمَيِّتُ بِالتَّضْحِيَةِ عَنْهُ، أَوْ وَقَفَ وَقْفًا لِذَلِكَ جَازَ بِالاِتِّفَاقِ. فَإِنْ كَانَتْ وَاجِبَةً بِالنَّذْرِ وَغَيْرِهِ وَجَبَ عَلَى الْوَارِثِ إِنْفَاذُ ذَلِكَ. أَمَّا إِذَا لَمْ يُوصِ بِهَافَأَرَادَ الْوَارِثُ أَوْ غَيْرُهُ أَنْ يُضَحِّيَ عَنْهُ مِنْ مَال نَفْسِهِ، فَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ إِلَى جَوَازِ التَّضْحِيَةِ عَنْهُ، إِلاَّ أَنَّ الْمَالِكِيَّةَ أَجَازُوا ذَلِكَ مَعَ الْكَرَاهَةِ. وَإِنَّمَا أَجَازُوهُ لِأَنَّ الْمَوْتَ لاَ يَمْنَعُ التَّقَرُّبَ عَنِ الْمَيِّتِ كَمَا فِي الصَّدَقَةِ وَالْحَجِّ
“Adapun jika (orang yang telah meninggal dunia) belum pernah berwasiat untuk dikurbani kemudian ahli waris atau orang lain mengurbani orang yang telah meninggal dunia tersebut dari hartanya sendiri maka mazhab hanafii, maliki, dan hanbali memperbolehkannya. Hanya saja menurut mazhab maliki boleh tetapi makruh. Alasan mereka adalah karena kematian tidak bisa menghalangi orang yang meninggal dunia untuk ber-taqarrub kepada Allah sebagaimana dalam sedekah dan ibadah haji”.²

Referensi :
1. Muhyiddin Syarf an-Nawawi, Minhaj ath-Thalibin, Bairut-Dar al-Fikr, cet ke-1, 1425 H/2005 M, h. 321)

2. Wizarah al-Awqaf wa asy-Syuun al-Islamiyyah-Kuwait, Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwatiyyah, Bairut-Dar as-Salasil. juz, 5, h. 106-107.

Cari Blog

10 Blog Terbaru

10 Blog Terpopuler

Kategori Blog

Chat Dengan Kami
built with : https://safar.co.id